Friday, January 4, 2008

Pencerahan

KEJAYAAN acapkali menjerembabkan seseorang, sesaleh apa pun, pada riya. Gejala semacam itu muncul di kalangan Wali Sanga, ketika Kasultanan Demak Bintoro mencapai puncak kejayaan, menyusul keberhasilan dakwah para penyebar Islam di Tanah Jawa tersebut. Para wali terjebak pada sikap simbolik, berlomba memamerkan kesalehan dan kehebatan melalui simbol pakaian.

Dihantui keresahan atas pengarusutamaan simbolisme itu, Sunan Kalijaga tergerak untuk melakukan pelurusan. Maka, waliyullah yang dikenal dengan pendekatan budayanya itu pun menyamar sebagai kakek pencari rumput bernama Kaki Waloko. Liding dongeng, lewat sosok Kaki Waloko, Kanjeng Sunan berhasil menyadarkan para Wali.

Semula, para wali merasa terganggu dan terlecehkan, dengan masuknya Kaki Waloko yang seorang rakyat jelata ke lingkungan istana Demak. Mereka kemudian melakukan upaya untuk menyingkirkan kakek tua pencari rumput itu. Tapi, upaya itu gagal, yang terjadi justru pertikaian antara para wali sendiri.

Ketika para wali berupaya mengejar, Kaki Waloko tak juga berhasil diketemukan. Para wali hanya berputar-putar di sekeliling padepokan Ki Waloko, tanpa bisa menjumpai orang yang mereka cari. Akhirnya, para wali disadarkan oleh Kaki Waloko, yang telah badar menjadi Sunan Kalijaga.

Lewat tokoh Kaki Waloko, Sunan Kalijaga melakukan proses enlightning (pencerahan) terhadap para wali. Kepada mereka, Sunan Kalijaga menjelaskan, mereka tersesat karena hati dan pikiran yang tidak bersih sehingga menutup jalan yang lempang. Dikatakannya, agama bukan sekadar pakaian dan kesalehan yang harus dibangga-banggakan melainkan ketetapan hati yang diwujudkan dalam sikap dan laku. Kesalehan adalah kebersihan hati, kepasrahan, dan keikhlasan jiwa untuk manembah kepada Allah.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home